Pages

Rabu, 06 April 2011

Komisi IV DPR-RI Dukung Gernas Kakao

Komisi IV DPR-RI Dukung Gernas Kakao Print
Tuesday, 03 February 2009
rdp-0.jpgJAKARTA- Komisi IV DPR-RI mendukung Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Kakao). Dukungan ini disampaikan oleh Drs. H.M. Syarfi Hutauruk, Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI ketika membacakan kesimpulan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi IV DPR-RI dengan Direktur Jenderal Perkebunan,  Achmad Mangga Barani, Rabu, 28/1 pukul 10.00 s/d 14.15 WIB di Gedung Nusantara DPR-RI, Senayan-Jakarta
rdp-2.jpgDalam Rapat Dengar Pendapat yang dipimpin H.M. Syarfi Hutauruk membahas tentang Pencapaian Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2008 dan Gernas Kakao 2009-2011, Dirjen Perkebunan hadir bersama 4 (empat) Gubernur dari Daerah/Wilayah Gernas yaitu Gubernur Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Sultra. Sementara, dari Komisi IV DPR hadir sebanyak 29 angota dari 51 anggota Komisi IV DPR-RI. Lebih lanjut, untuk memperoleh dukungan yang lebih kuat dan kelanjutan alokasi anggaran yang maksimal dari lembaga legislatif,  Komisi IV DPR-RI berjanji secara khusus akan melaporkan Kesimpulan RDP ini kepada Pimpinan DPR-RI. Memang, atas dukungan dari wakil rakyat di DPR ini, tahun 2009 telah dialokasikan anggaran APBN sebesar Rp 1 triliyun. Sedangkan jumlah biaya yang dibutuhkan selama tiga tahun adalah Rp 13,7 triliyun. Dari jumlah  tersebut, dari APBN sebesar Rp 2,5 triliyun dan  sisanya adalah sharing (kontribusi) dari APBD I dan II, Perbankan (Kredit Revitalisasi Perkebunan), Swasta dan dari petani kakao sendiri. 
rdp-1.jpgKomisi IV DPR-RI berpendapat bahwa Gernas ini sangat bermanfaat untuk mendorong dan menggerakkan perekonomian rakyat serta meningkatkan devisa negara. Oleh sebab itu, Komisi yang membidangi Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Perum Bulog, dan Dewan Maritim Indonesia ini    mengingatkan agar pemerintah baik di pusat maupun di daerah  bersungguh-sungguh melaksanakan Gernas ini. Gernas yang  akan dilaksanakan  tahun 2009-2011  meliputi 9 Provinsi dan 40 Kabupaten dengan luas 450.000 ha. 
Tabel. Luas Areal Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Provinsi dan Kabupaten
 
No
Provinsi/Kabupaten
Tahun 2009-2011 (dalam Ha)
Peremajaan
Rehabilitasi
Intensifikasi
Jumlah
I
 
 
Sulawesi Tengah
1.   Donggala
2.  Parigi Moutong
3.  Poso
4.  Morowali
5.  Banggai
6.  Toli-Toli
7.  Buol
8.  Toja Una-Una
 
750
750
750
750
750
750
750
750
 
2.000
3.000
1.900
1.900
1.900
1.900
1.900
1.900
 
2.400
2.400
2.300
2.200
2.200
2.200
2.200
2.200
 
5.150
6.150
4.950
4.850
4.850
4.850
4.850
4.850
 
Jumlah Sulawesi Tengah
6.000
16.400
18.100
40.500
II
Sulawesi Selatan
1.   Bantaeng
2.   Bone
3.    Soppeng
4.    Wajo
5.    Sidenreng Rappang
6.    Pinrang
7.    Enrekang
8.    Luwu
9.    Luwu Utara
10.   Luwu Timur
 
500
1.000
1.700
1.800
600
2.200
1.000
2.000
3.700
500
 
2.000
9.000
6.000
6.000
5.000
8.000
4.000
9.000
28.650
9.000
 
7.500
4.100
2.000
2.000
2.300
2.000
1.950
4.100
7.000
6.400
 
10.000
14.100
9.700
9.800
7.900
12.200
6.950
15.100
39.350
15.900
 
Jumlah Sulawesi Selatan
15.000
86.650
39.350
141.000
III
Sulawesi Barat
1.       Polewali Mandar
2.      Mamasa
3.      Majene
4.      Mamuju
5.      Mamuju Utara
 
8.000
1.000
2.900
5.500
2.500
 
30.250
4.000
6.000
30.000
7.000
 
8.000
3.000
2.000
8.900
6.550
 
46.250
8.000
10.900
44.400
16.050
 
Jumlah Sulawesi Barat
19.900
77.250
28.450
125.600
IV
Sulawesi Tenggara
1.       Konawe
2.      Kolaka
3.      Kolaka Utara
4.      Konawe Selatan
5.      Muna
 
2.100
3.900
3.600
1.400
1.000
 
6.000
20.000
18.500
3.000
2.500
 
5.000
14.600
14.300
2.000
2.000
 
13.100
38.500
36.400
6.400
5.500
 
Jumlah Sulawesi Tenggara
12.000
50.000
37.900
99.900
V
Nusa Tenggara Timur
1.       Sikka
2.      Ende
 
750
750
 
1.250
1.250
 
3.000
3.000
 
5.000
5.000
 
Jumlah Nusa Tenggara Timur
1.500
2.500
6.000
10.000
VI
Bali
1.       Tabanan
2.      Jembrana
 
3.000
2.000
 
-
-
 
2.000
1.000
 
5.000
3.000
 
Jumlah Bali
5.000
-
3.000
8.000
VII
Maluku
1.       Seram Bagian Barat
2.      Buru
 
2.500
2.500
 
-
-
 
2.500
2.500
 
5.000
5.000
 
Jumlah Maluku
5.000
-
5.000
10.000
VIII
Papua Barat
1.       Manokwari
2.      Sorong
 
-
1.000
 
-
-
 
3.200
800
 
3.200
1.800
 
Jumlah Papua Barat
1.000
-
4.000
5.000
IX
Papua
1.       Yapen
2.      Jayapura
3.      Sarmi
4.      Keerom
 
1.500
1.700
700
700
 
500
800
500
400
 
800
1.100
800
500
 
2.800
3.600
2.000
1.600
 
Jumlah Papua
4.600
2.200
3.200
10.000
 
Total
70.000
235.000
145.000
450.000
Sementara itu, Dirjen Perkebunan secara rinci menjelaskan tujuan dan tolok ukur keberhasilan gerakan, yaitu :
  • Meningkatnya produktivitas kakao dilokasi gerakan dari rata-rata 690 kg/ha/th menjadi 1,5 ton/ha/th.
  • Meningkatnya  mutu kakao yang dihasilkan sesuai SNI.
  • Meningkatnya produksi kakao di lokasi gerakan dari 310.500 ton/th menjadi 675.000 ton/th (meningkat 217%).
  • Meningkatnya pendapatan petani di lokasi gerakan dari Rp 13.800.000 /ha/th menjadi Rp 30 juta/ha/th
  • Meningkatnya  uang yang beredar di lokasi gerakan dari Rp 6,2 triliyun menjadi Rp 13,5 triliyun (meningkat 217%).
  • Terpenuhinya bahan baku untuk industri kakao dalam negeri.
Meningkatnya  penerimaan devisa negara di lokasi gerakan dari US$ 589,9 juta menjadi US$ 1.485 juta atau meningkat 252% (e&p-djbun).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar